Sabtu, 05 Maret 2011

destiny


  Aku menatap laptop sejenak lalu mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kelas,sepi.Hanya ada aku dan laptopku,entah menapa tiba-tiba bulu kuduk ku meremang,pasti ada yang tidak beres,pikir ku.Aku mulai berfikir untuk berlari keluar ruangan,tapi itu akan tampak konyol.Aku sudah mengajukan penolakan untuk mengikuti setiap praktek kimia,aku phobia dengan zat-zat kimia dan ruang lab yang gelap dan remang-remang,sungguh aneh,tapi di sekolah ku,siswa memiliki hak yang kuat untuk keputusan apapun selama siswa itu dapat menanggung resikonya.Sebenarnya juga ada beberapa siswi yang tidak mengikuti praktek hari ini,tapi dengan mantap,mereka menolak berada di kelas bersamaku,
  Aku lalu menarik nafas dalam,mencoba menenangkan diri dengan memainkan beberapa game favorit ku di laptop,tapi semuanya tidak semakin baik,aku malah semakin ketakutan,suasana sepi kian mencekam.Aku mematikan laptopku lalu memutuskan untuk pergi ke ruang mading.
  Langkah ku gontai,seakan tak punya semangat hidup.Biasanya di saat-saat seperti ni,Sabrina akan ada di sampingku,tersenyum dan mengelus rambut ku dengan penuh cinta.Tapi harus bagaimana lagi,kami telah lama memutuskan untuk jalan sendiri-sendiri.
  Suasana ruang mading tak kalah mencekam ya dengan suasana ruang kelasku,tak ada seorangpun siswa atau guru yang berjalan melintasi ruang ini.Aku bingung harus bagaimana,akhirnya aku putuskan untuk pergi ke laboratorium kimia dan mengikuti pelajaran yang paling ku benci itu.
  Ruang laboratorium terdengar riuh,siswa-siswa bertepuk tangan sambil memuji kehebatan Aswin yang telah menemukan zat kimia reaktif berdasarkan rumus redoks.Aku duduk di pojokan,hanya memandangi teman-temanku yang berkali-kali bertepuk tangan dan menggumam.Kepala ku sedikit pusing,aku mengambil obat sakit kepala di saku depan celana ku.
“Hai kau Sven,kesinilah”
Teriakan Pak Wilbi yang cempreng membuyarkan konsentrasi ku,obat sakit kepala yang semula ku pegang,kini jatuh di lantai,tergeletak bagaikan barang tak di butuhkan.
“Kesinilah,lihatlah hasil kerja Aswin,siapa tau bisa memotivasimu”
“Ahh iyaa pak,tapi tidak perlu.Terima kasih”
“Ayolah..coba sedikit saja,kau pasti bisa,kau ta perlu takut”
Aku maju ke depan,mendekat pada Aswin yang sedang menguji kembali larutannya di meja guru.
“Ayolah,jangan takut,hal itu tak akan terulang lagi” bisik Aswin di telinga ku saat aku sudah sampai tepat di sampingnya.
Wajahku makin merah,jantungku berdebar kencang,darahku rasanya mengalir semakin cepat saat Aswin mengatakan itu di ruangan seperti ini.
  Aku benci suasana seperti ini,aku benci Aswin,guru praktek Kimia dan semua orang yang menjauhi ku.
  Aku lalu keluar ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Akhirnya,aku berada di dalam kamar mandi siswa.Aku mencoba menepis kenangan itu,tapi rasanya begitu sulit.

 ###

“Hai Sven” terdengar suara beberapa gadis menyapa ku.Aku haya mengangguk dan terus melangkah menuju mobil yang ku parkir di pinggir lapangan basket.
  Aku siswa teraktif di sekolah ini,semua orang menganggap ku sempurna.Terang saja,karena aku juga merasa begitu.Nama lengkap ku Sven Nvazki,ayahku orang Rusia asli,sedangkan ibu ku,beliau adalah orang Medan yang berparas sangat cantik dan memukau.Orang tua ku berpisah 5 tahun yang lalu,saat aku masih kelas 6 SD.Aku memiliki rambut pirang keemasan dan warna kulit yang putih pucat.Ibu ku kaya raya,semua kebutuhanku selalu tercukupi.Aku juga kapten basket dan ketua organisasi pecinta alam di sekoah ku.Semua gadis di sekolah ini menaruh hati pada ku dan aku memanfaatkannya.Nilai ku selalu sempurna,tak pernah ada nilai merah di laporan hasil belajarku,walaupun ibu tidak mengetahuinya,tapi aku cukup bangga dan bahagia dengan hasilku itu.Aku menyukai seluruh mata pelajaran karena semua guru mata pelajaran juga menyukaiku dan menjadikan ku sebagai anak emas.Aku tak pernah bertindak buruk sedikitpun,aku selalu berusaha menjaga imej baik yang telah tercipta.
  Ada satu hal yang mengganjal hati ku,yaitu seorang gadis bernama Rahma,aku tahu dia menyukaiku,tapi dia selalu menghindariku setiap kali kami berpapasan.Gadis itu sangat cantik,rambutnya selalu di kuncir kuda.Dia tampak pendiam dan misterius,tapi dia pernah memberi ku sekotak coklat saat hari ulang tahun ku.
  Hidup ku terasa begitu indah setiap hari.Terus-menerus menjadi yang terbaik di manapun.Aku tak bisa memungkiri bahwa fisikku berperan paling besar atas kesuksesan ku.
  Aku memiliki seorang kakak,bernama Adrika.Dia seorang model dan pemain film terkenal.Banyak teman-teman ku di klub basket dan di kelas yang memohon pada ku untuk sekedar menyampaikan salam dan kakak ku akan menerimanya dengan senang hati.
   Saat Valentine,rumah ku menjadi pabrik coklat,semua orang mengirimkan coklat padaku dan Adrika.Kami sering membagikannya kepada anak-anak tetangga kami atau pada pengamen dan pengemis di pinggir jalan.
   Selama ini aku tak pernah memiliki pacar dan aku memang tidak berminat untuk itu.Aku tidak pernah menggubris teman-teman ku yang menggoda dan menanyakan ini-itu,karena aku suka hidup ku yang seperti ini.
   Semua mata pelajaran yang ku ikuti selalu menghasilkan nilai sempurna,membuat di kirm kesana-kemari dan mendapatkan jaminan beasiswa yang besar.
   Hari ini,jam pertama adalah praktek Kimia di laboratorium,aku merasa begitu senang dan antusias,aku segera berlari mendahului teman-temanku,aku ingin segera berada di sana dan kembali menemukan penemuan-penemuan cemerlang yang menuai pujian dari guru-guru ku.
   Di Laboratorium,aku duduk persis di depan Pak Wilbi,Aswin di samping kanan ku dan Sabrina di samping kiri ku.Aku mendengus kesal,jelas saja,aku tidak terlalu menyukai makhluk yang bernama Aswin itu,Dia memang kaya raya dan bisa melakukan apapun dengan uangnya,tapi otaknya kosong.Cara berfikirnya seperti orang yang tak pernah bersekolah.
   Pelajaran di mulai,seperti biasa,Pak Wilbi membagikan angket yang nantinya harus di isi dengan keterangan hasil uji laboratorium.Aku sudah menuliskan langkah-langkah yang akan ku tempuh nanti dalam sebuah notes kecil,aku membacanya berulang-ulang untuk memahami konsepnya.
“Hai Sven,coba buat yang lebih baik nanti” kata Pak Wilbi kepada sembari mengacungkan jempolnya.
“Ya Sir” Jawabku mantap.
Dalam waktu yang tidak lama,aku berhasil membuat larutan reaktif yang dapat membakar dengan kuat,aku tertawa saat membayangkan jika aku menumpahkan seluruh isinya ke wajah Aswin agar dia tidak bisa bersombong diri lagi.
   Pak Wilbi mulai mendekati satu per satu siswa,dia memuji beberapa karya mereka lalu berjalan ke arah ku,Pak Wilbi terdiam sejenak sambil mengamati karya ku.
“Kau hebat Sven”
Pak Wilbi menepuk-nepuk pundak ku dan menanyai ku tentang semua proses yang ku lalui,siswa-siswa mengerumuni bangku ku untuk melihat apa yang aku temukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar